Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin. Mayoritas ulama berpendapat bahwa beliau SAW lahir pada waktu malam tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas,
وُلِدَ رَسُولُ اللَّهِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، لِاثْنَتَيْ عَشْرَةَ لَيْلَةً خَلَتْ مِنْ شَهْرِ رَبِيع الْأَوَّلِ، عَام الْفِيلِ
Artinya: “Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal dua belas di malam yang tenang pada bulan Rabiul Awal, Tahun Gajah.”
Saat itu, Nabi Muhammad SAW lahir dalam kondisi yatim. Ayahnya, Abdullah, meninggal dunia saat ia masih dalam kandungan sang ibu.
Ketika Nabi Muhammad SAW lahir, Siti Aminah pun segera mengutus seseorang untuk mengabarkan tentang kelahiran putranya kepada Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW. Mendengar hal itu, Abdul Muthalib lantas menyambutnya dengan gembira.
Dalam Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Ibnu Hisyam, Abdul Muthalib kemudian membawa bayi Nabi Muhammad SAW ke Kakbah. Hal ini dilakukannya untuk berdoa sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Selang beberapa waktu, pihak keluarga Nabi Muhammad SAW pun mencarikan ibu susuan untuknya. Kebiasaan menitipkan anak pada ibu susuan di desa ini menjadi hal lumrah bagi masyarakat Arab pada zaman dulu.
Hal tersebut bertujuan agar anak-anaknya tumbuh di lingkungan pedesaan yang udaranya masih bersih dan berada di lingkungan dengan bahasa Arab yang fasih.
“Agar anak dapat berbicara bahasa yang asli, bahasa Arab Kaum Badwi sejati, bahasa yang belum rusak karena belum dipengaruhi bahasa asing. Dengan demikian, anak dapat bertutur kata dengan bahasa Arab yang baik dan dialek Arab yang asli serta fasih,” tulis Moenawar Khalil dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad SAW akhirnya disusui oleh seorang ibu susu bernama Halimah Sa’diyah. Ia adalah wanita dari Bani Sa’ad.
Artikel ini telah diterbitkan oleh detik.com