Seharusnya PLTU hadir juga memikirkan dampak dari lingkungan itu sendiri. Jika ada kebocoran dan masyarakat menerima dampaknya maka hal ini harus dipikirkan solusinya.
“Tidak semena-meja meminta kepada masyarakat untuk dapat menerima hal ini,” pungkasnya.
Klaim Dinas Lingkungan Hidup juga tak seperti hasil pantauan di lokasi. Ketika dikunjungi pada Minggu (20/3/2022), misalnya, dari jarak 50 meter dari PLTU, aroma belerang tercium begitu menyengat. Asap tebal yang mengepul ke udara dari cerobong miliki PLTU bahkan sudah terlihat saat memasuki Dermaga Rum Balibunga.
Di RT 05, yang berada di sisi selatan, jarak antara rumah warga dengan PLTU hanya sekitar 5 meter, dibatasi kali mati selebar 3 meter dan itu tadi tembok setinggi 2 meter. Di RT itu tak terlihat ada aktivitas di luar rumah. Semua lubang rumah tertutup rapat, dari pintu hingga ventilasi. Ventilasi itu ada yang ditutup menggunakan koran bekas, ada juga menggunakan triplek dan juga menggunakan rajutan penyaring debu. Di teras rumah, debu batu bara yang terlihat tebal membuat rumah-rumah seperti sudah lama tak berpenghuni.
Di salah satu rumah warga lingkungan RT 05, telah dilakukan eksperimen kecil-kecilan untuk mengetahui secepat apa debu batu bara datang. Tandaseru.com meletakkan kertas HVS putih di lantai. Hanya dalam 5 menit, kertas itu dipenuhi debu. Debu itu diduga kuat berupa debu batu bara dari PLTU, karena tidak ada industri lain yang dapat menjadi sumber debu di sekitarnya.
Padahal, ketika penelusuran dilakukan ke Balibunga, cerobong PLTU sedang dalam keadaan baik-baik saja. Baru pada pekan berikutnya cerobong itu dilaporkan ngadat. Pada Sabtu (26/3/2022), filter cerobong PLTU itu tiba-tiba bocor. Akibatnya, abu yang keluar semakin pekat.
Kebocoran filter tersebut membuat warga melempar protes di media sosial seperti Facebook dan Instagram. Salah satunya seperti yang disampaikan pemilik akun Facebook @Wahid Ai, yang dikutip secara verbatim (kata demi kata);
“Kamis masyarakat yang berdampingan dengan PLTU Tidore, tidak mampu lagi menahan dampak hujan batubara, yang dikirim oleh PLTU memasuki rumah, air sumur, warga. bukan hanya itu mata serta pernapasan kami sudah merasa terganggu…. Halo dinas lingkungan hidup tikep jatuh korban dulu baru dinyalakan dampak”.
Warga Kelurahan Rum Balibunga lainnya, Nasarudin, ketika dihubungi pada Minggu (26/3/2022) pukul 10.00 WIT, mengatakan sebenarnya sudah sekitar seminggu debu batu bara yang keluar melalui cerobong menjadi sangat tebal.