MALUTTIMES – Komando Distrik Militer (Kodim) 1514/Morotai mengggelar kegiatan dikusi bersama FKKPI, tokoh Agama, tokoh Masyarakat, Pemuda, Pelajar dan sejumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) lingkup Pemda Pulau Morotai.
Kegiatan yang berlangsung di meating room kantor Bupati Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara, Rabu (26/7/2023) itu dalam rangka menangkal radikalisme dan separatisme di daerah tersebut.
Kegiatan tersebut bertajuk, “Ideologi Pancasila sebagai Benteng Menangkal dari Ancaman Radikalisme dan Separatisme”.
Pasiter Kodim 1514/Morotai, Kapten Inf. Abdullah Muchsin mengatakan, tujuan dari diskusi ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada komponen masyarakat baik tokoh Agama, Pemuda, Pelajar serta ASN dilingkup Pemda Pulau Morotai agar mewaspadai hal-hal yang muncul dilingkungan keluarga maupun masyarakat yang mengarah kepada ajaran-ajaran radikalisme.
“Diskusi tentang ancaman radikalisme dan separatisme ini, untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. Agar mereka bisa memahami tentang ancaman-ancaman yang akan terjadi, dan bisa menjadi bekal untuk pembenahan atau untuk menangkal segala sesuatu yang mengarah kepada ancaman-ancaman tersebut,” ujar Muchsin.
Menurutnya, radikalisme adalah ancaman nyata baik secara fisik maupun melalui media sosial. Sebab, segala macam upaya bakal mereka lakukan seperti berkedok Agama maupun hal lainnya. Sehingga membuat orang yang melihat dan penikmat media sosial merasa yakin, bahwa itu ajaran yang benar padahal didalamnya mengandung paham-paham yang mengarah kepada radikalisme.
“Untuk itu, pemanfaatan media sosial juga harus lebih berhati-hati karena ada konten-konten positif maupun negatif yang mengarah kepada pengaruh-pengaruh radikal dan separatis. Itu yang perlu kita waspadai sehingga bisa memilah mana yang baik mana yang tidak, karena yang tidak baik ini kelihatannya nyaris baik,” paparnya.
(Apakah di Kabupaten Pulau Morotai sudah ada paham radikalisme dan separtisme) Muchsin berujar, jika dilihat secara nyata dilapangan untuk pengaruh paham radikalisme dan separatisme masih kecil.
“Tapi yang di media sosial ini kita tidak bisa membantasi karena kita tidak tau apa yang mereka lakukan disana,” tandasnya.(iki/red)