Ketua AMPP Togammoloka Bersama Kedua Orang Tuanya Temui Haji Robert di Jakarta

MALUTTIMES – Tangis haru pecah di ruang pertemuan kantor pusat PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) di Jakarta. Muhammad Iram Galela, Ketua AMPP Togammoloka, tak mampu menahan air matanya saat menyampaikan permohonan maaf kepada Haji Romo Nitiyudo Wachjo (Haji Robert). Didampingi kedua orang tua dan perwakilan pengurus AMPP Togammoloka, Iram datang dari Galela, Maluku Utara, dengan satu tujuan: meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuatnya.

Dengan suara bergetar, Iram menyampaikan penyesalannya. “Saya datang dengan hati yang tulus untuk meminta maaf. Saya sadar telah melakukan kesalahan besar yang menyakiti hati dan merusak nama baik Haji Robert. Saya berharap dengan segala kerendahan hati, permohonan maaf ini bisa diterima,” katanya dengan mata yang berkaca-kaca.

Suasana hening sejenak. Semua yang hadir menanti jawaban dari Haji Robert. Dengan tatapan penuh kebijaksanaan, sosok pemilik NHM itu menghela napas dan tersenyum tipis. “Saya menghargai keberanian Anda untuk datang dan meminta maaf. Kita semua pernah berbuat salah, yang terpenting adalah bagaimana kita belajar darinya. Saya menerima permintaan maaf ini dengan lapang dada,” ucapnya.

Tak hanya Iram, kedua orang tuanya pun tak kuasa menahan haru. Mata mereka memerah, menandakan betapa berat perjalanan yang telah mereka tempuh demi mendapatkan maaf. Air mata pun menetes dari wajah Haji Robert, menunjukkan betapa besar keikhlasannya dalam memberikan pengampunan. Momen ini disaksikan oleh para karyawan NHM dan perwakilan AMPP Togammoloka yang turut hadir.

Jurait Lidawa, salah satu tokoh AMPP Togammoloka, mengapresiasi kebesaran hati Haji Robert. “Kami sangat menghormati sikap beliau yang penuh kasih dan kebijaksanaan. Ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua bahwa permintaan maaf yang tulus akan selalu menemukan jalan menuju hati yang lapang,” ujarnya.

Kuasa hukum Haji Robert, Iksan Maujud, menegaskan bahwa penyelesaian ini dilakukan melalui pendekatan Restorative Justice (RJ), yang lebih mengedepankan pemulihan hubungan dan keharmonisan sosial. “RJ bukan hanya tentang menghindari proses hukum yang panjang, tetapi juga menciptakan ruang bagi kedua belah pihak untuk memahami satu sama lain dan memperbaiki kesalahan secara konstruktif,” jelasnya.

Senada dengan itu, Hasanuddin Hidayat, akademisi IAIN Ternate, menyebut langkah RJ ini sebagai pendekatan yang lebih humanis dalam menyelesaikan konflik. “Hukum tidak hanya soal sanksi, tetapi juga pemulihan. Langkah ini memberikan kesempatan bagi individu untuk belajar dari kesalahan dan kembali membangun hubungan yang lebih baik,” ujarnya.

Pertemuan yang berlangsung penuh emosi ini menjadi bukti bahwa keikhlasan dan ketulusan dapat mengubah segalanya. Saat pertemuan berakhir, Haji Robert merangkul Iram dengan hangat. Tak ada lagi sekat, tak ada lagi dendam—hanya ketulusan dan harapan baru untuk masa depan yang lebih baik.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *