Revitalisasi Peran Kader HMI; Refleksi Perjalanan Panjang Organisasi

Hal yang diungkapkan Fachry Ali hendaknya dimaknai bersama oleh seluruh kader HMI sebagai upaya refleksi Kritis untuk merancang blue print atau peta jalan dalam menghadapi persoalan-persoalan kontemporer dewasa ini baik secara intra dan ekstra organisasi.

Untuk itu, HMI harus terlebih dahulu mengetahui dimana posisinya saat ini. Bahwa tanpa menyadari posisi HMI sekarang lewat refleksi sosiologis historis, maka HMI hanya akan mengalami kegagalan dalam melihat kenyataan yang ada. HMI harus mampu mendeskripsikan lagi perjalanan organisasinya untuk dapat meningkatkan keunggulan komparatif dalam memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya sekaligus eksis di tengah-tengah gerakan-gerakan sosial masyarakat yang sangat akseleratif.

Secara teknis upaya untuk mewujudkan pencapaian missi organisasi harus di letakkan secara operasional dalam rancangan program dalam semua jenjang organisasi dari komisariat hingga PB-HMI berdasarkan tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) masing-masing. Kesadaran organisasi itulah yang berimplikasi pada setiap kader agar memposisikan diri sebagai penanggung jawab atas pencapaian program yang telah di tetapkan secara bersama, bukan menyerah nyaman dengan jabatan tanpa memikirkan tanggung jawab.

Pertanyaan yang mesti sedari awal tulisan ini adalah, apa yang harus di lakukan sebagai kader HMI dalam upaya mereposisi diri ditengah kondisi sosial yang terus dinamis? Kadang pertanyaan konyol seperti ini sering di abaikan pemaknaannya secara epistemologis sehingga dampaknya terhadap sikap kader dalam perilaku organisasi terlihat hanya menjalankan ritual organisasi tanpa substansi. Setidaknya pokok-pokok pikiran kaitannya dengan peran kader HMI saat ini dalam menjawab masa depan mesti di kemukakan secara terus menerus untuk di ketahui dan ditemukan arah perjuangan yang relevan. Dengan demikian akan membentuk pemahaman sekaligus otokritik terhadap perilaku kader dalam menjalankan amanah organisasi.

Mendahului jawaban atas masalah tersebut dengan Mengutip Pikiran Kanda Sumardi Evalue (Mantan Wasekbid PA PB HMI, Master of training LK-II HMI Cabang Sanana Periode 2010-2011) dalam pokok pikirannya tentang profil kader HMI, menguraikan epistemologi kader HMI dan perannya” bahwa dalam batang tubuh organisasi kader memiliki fungsi tersendiri yaitu sebagi tenaga penggerak organisasi, sebagai calon pemimpin dan sebagai benteng organisasi. Secara kualitatif seorang kader mempunyai kesanggupan bekerja dan berkorban yang lebih besar dari anggota biasa.

Kader itu adalah anggota inti, kader merupakan benteng bagi “serangan” dari luar serta perisai bagi penyelewengan dari dalam. Secara internal kader merupakan Pembina yang tidak berfungsi sebagai pimpinan. Kader adalah tenaga penggerak organisasi yang memahami sepenuhnya dasar dan ideologi perjuangan, ia mampu melaksanakan program perjuangan secara konsekuen di setiap waktu, situasi dan tempat. Terbina oleh fungsinya itu, untuk menjadi kader yang berkualitas, setiap anggota harus menjalani pendidikan, latihan dan praktikum baik di HMI maupun di luar HMI.

Dari definisi di atas setidaknya terdapat tiga ciri yang terintegrasi dalam diri seorang kader. Atau profil kader HMI.

Pertama: Seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi. Kader mengenal ideologi organisasi seperti Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP). Dari segi operasionalisasi organisasi, kader HMI selalu berpegang teguh dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) HMI, pedoman perkaderan dan aturan pokok lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *