IA SAPARDI

Burhanuddin Jamal (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Kieraha)

 

Ketika pak tua menulis :
Sementara kita saling berbisik
Dukamu abadi
Sebab yang fana hanyala waktu.

Di rinai-rinai
aku terpaku tak bisa berlari
dari balik-balik jendela
angka enam pukul dua tiga
halamannya memingatkanku
ditanah surakarta pak tua itu tumbuh
awal muasalnya mata yang basah
dua puluh maret
sembilan belas empat puluh.

Hujan bulan juni
di awan-awan hitam membumbung
aku dimaksa pulang kepada kesunyian
setiga kata itu
susunan kalimat keramat
meneteslah tinta-tinta pak tua
atas suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
segudang, segunung, seluas lautan
mengandung makna
sekadang memancarkan nilai
manusia-manusia kecil dengan kesederhanaannya
manusia-manusia besar
degan kebesarannya
mengigil di nadi
di setiap dada puisinya
yang gelisah-segelisahnya
tapi ia kata perkata anak bangsa.

Ah, hujan bulan juni?
sejak pak tua itu menulis
banyak tafsiran bibir-bibir
bercoleteh romansa
perbudak cinta dengannya
petualang-petualang
awan tak bersahabat matahari
atau sebagai rindu paling patah
sedang beberapa tafsiran
hujan bulan juni tak sekedar
remaja jatuh cinta
tapi sekalimat kata
mewakili perasaan ia
atas konflik sosial
tangisan pembantaian
penculikan
segudang yang kelam
kemanusiaan ditenda pengungsian
represif aparat terhadap pinggiran
kisah airmata yang dipeluk erat tangannya
semua merinai kepada
manusia yang dimanusiakan.

Namun, pagi itu bersama
kerumunan bunga-bunga kuning
yang serupa kunang-kunang
lahir perlahan dari ketiak dahan
pak tua itu berpamitan
setelah dijemput izrail
pak tua itu telah berpulang
pada minggu yang paling pagi
diangka sembilan belas bulan juli
seluruh perkampungan sastra
meratap sedih
mengaung-ngaung puisi duka
telah berpulangnya bapak tua sahaja
ke tanah asal nadinya berhenti tak bermata
buku-bukunya kehilangan sosok seribu pesan
derita umat segala umat.

Ia sapardi
pintu segala imajinasi
balai-balai mimpi bagi anak-anak bangsa
meneduhi biji-bijian baru berkecembah mengelitik kuncup-kuncup bunga bermekaran
empunya beranda di hujan bulan juni
bertuah riuh kendara juli yang abadi.

 

Ternate, 19 Juli 2023.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *