“Begitu pak imam kasih masuk, terpaksa rombongan yang lain juga ikut masuk, mereka mau ambil foto didalam masjid, karena menurut mereka ini menarik untuk dikunjungi. Akhirnya jadi viral seperti ini,” jelas Kalbi.
Menurutnya, ini hanya persoalan diskomunikasi antara imam dan wisatawan. Namun karena persoalan ini sudah terjadi, maka ia menganggap kelaian semua pihak.
“Oleh sebab itu, kedepannya mungkin Badan Taqmil Masjid (BTM) sudah harus menyiapkan kain sarung atau peralatan yang bisa menutupi aurat mereka, agar wisatawan yang mungkin tidak memakai pakian syar’i itu bisa dipakai oleh wisatawan dari mancanegara pada saat masuk masjid,” ujarnya.
Kalbi meminta semua pihak dapat menyikapi persoalan tersebut dengan hati yang dingin, tidak emosional. Karena ia meyakini wisatawan tidak mengetahui tata cara untuk masuk ke masjid.
“Maka tugas kita adalah menjelaskan bahwa di tempat-tempat yang dihormati oleh agama-agama tertentu mungkin wisatawan harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Jadi tugas kita adalah mengingatkan,” pungkasnya.(iki/red)