Betapa tidak, ia sekeluarga kembali dikabarkan oleh Sekretaris Desa Marimabati bahwa namanya tak lagi masuk sebagai penerima bantuan tersebut.
“Pak Sekdes datang bilang saya pe nama so tarada (nama sudah tidak ada), (sudah) ganti (dengan) orang (lain) disini (Marimabati) sudah. Ya, sudah langsung saya patah semangat bagitu,” ungkap Arifin dengan wajah tampak lesu.
“Istilahnya ini kan rezeki. Ya, sudah saya berpikir mungkin ini belum rezeki. Begitulah hidup kami begini, pas-pasan,” ucapnya.
Selain seorang petani, Arifin juga berprofesi sebagai kuli bangunan. Meski begitu, Arifin belum bisa menjalani profesinya itu karena belum ada proyek.
Ia bisa saja mencari pekerjaan di luar namun usia anaknya yang masih balita membuat ia tak tega meninggalkan anak istrinya di rumah.
“Jadi hari-hari cuman datang di kebun cari biji pala untuk dijual. Hasilnya untuk beli makan sehari-hari. Jual 3 biji pala dapat seribu rupiah. Ya, satu hari paling dapat 30 ribu rupiah,” tutupnya.(mg01/red)