Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara Tertinggi ke-2 di Indonesia

MALUTTIMES – Kanwil DJPb Provinsi Maluku Utara merilis data Torang pe APBN  priode Juli 2024. Tercatat pertumbuhan ekonomi Maluku Utara menduduki peringkat tertinggi kedua di Indonesia.

Kepala Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II Kanwil DJPb Provinsi Maluku Utara, Muhammad Priandi memaparkan kondisi dan isu global yang berdampak pada perekonomian.

Dia menyoroti tekanan dan ketidakpastian akibat konflik Rusia-Ukraina, krisis di Timur Tengah, dan friksi AS-Tiongkok. Selain itu, harga komoditas yang masih volatile dipicu oleh rantai pasok dan permintaan yang tinggi, serta dampak El-Nino yang mengganggu panen pangan.

Priandi menjelaskan bahwa, hingga Mei 2024 aktivitas ekonomi domestik terjaga dengan baik meskipun ada kenaikan harga pangan yang perlu diantisipasi.

“Inflasi domestik terkendali berkat upaya pengendalian harga pangan yang konsisten,” kata Muhammad Priandi, Selasa (2/7/2024).

Dijelaskan, dalam perkembangan ekonomi Maluku Utara, berdasarkan data Triwulan I Tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tetap kuat dan menjadi tertinggi kedua di Indonesia meskipun mengalami deselerasi dibandingkan kuartal sebelumnya.

“Laju PDRB pada Kuartal I Tahun 2024 secara year on year tumbuh sebesar 11,88% (yoy) meskipun secara kuartal mengalami kontraksi sebesar 2,71% (qtq),” ujar Priandi.

Deselerasi ini disebabkan oleh melambatnya aktivitas hilirisasi nikel. Pada Mei 2024, laju inflasi Maluku Utara tercatat sebesar 3,27% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya dan berada di atas inflasi nasional yang sebesar 2,84% (yoy). Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 3,62% (yoy) dan Kabupaten Halmahera Tengah sebesar 1,72% (yoy), dengan komoditas beras, cabai rawit, bawang merah, dan bahan bakar rumah tangga menjadi penyumbang utama inflasi.

“Surplus neraca perdagangan Maluku Utara berlanjut dengan angka USD547,99 juta pada Mei 2024, didominasi oleh ekspor feronikel dari Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan. Selain feronikel, ekspor Maluku Utara juga mencakup oksida nikel, nikel matte, bijih besi, hasil perikanan, dan hasil perkebunan. Impor pada Mei 2024 tercatat sebesar USD464,53 juta, sebagian besar berasal dari mesin-mesin dan bahan baku mineral untuk pembangunan smelter dan pembangkit listrik tenaga panas bumi,” tandasnya.(tim/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *